Cerita untuk Anak Jip dan Janneke Annie MG Schmid Jilid 3

Jip tak dapat bergerak
Jip dan Janneke bermain dalam kebun. 
Mereka bermain cari-carian, melilingi pohon apel, memekik dan berteriak-teriak sangat keras. Jip, itu kau, seru Janneke. Lalu dia berlari dari situ.
Jip mau mengejarnya, namun tiba-tiba – apa ini? Dia telah menempel erat di pohon. Dengan baju sulamannya yang ketat. 
Dia menarik dan dia menarik lagi dengan sekuat tenaga. Dia diam tidak bergerak dengan tali benang dari baju sulamannya. Lihat, benangnya makin panjang. Makin panjang dan makin panjang. Hati-hati!, seru Janneke. Kau tertarik keluar dari baju sulamanmu. Tetapi Jip anggap itu menyenangkan. Dia mengikuti ujung benang. Benangnya terulur makin panjang tiada henti.
Sekarang dia harus berjalan mengitari pohon. Benang pun ikut pula di belakangnya. 
Hati-hati, kata Janneke. Kau tidak boleh berputar. Tetapi Jip terus tertawa. Dia hanya berjalan memutar dan memutar bersama benang yang telah melilit pohon. Sehingga baju sulamannya menjadi makin pendek. Sekarang Janneke ikut juga tertawa. Sebuah pemandangan yang sangat lucu. Saat ini Jip hanya memakai ½ baju sulaman. Setelah itu benang tidak terulur lagi. Dia terkunci diam. 
Aku akan melepaskan itu, kata Janneke. Kau harus cepat menuju ibumu. Dan Janneke menarik potongan benang dan setelah itu Jan terlepas. Dia hampir tidak berani masuk.
Jip! panggil ibu. Jip, apa yang kalian lakukan di sana?
Baju sulaman Jip telah terbuka semua! Seru Janneke. Jip sangat takut. Dia bersembunyi di balik pohon. Tetapi ibu cepat bergerak. Dia marah besar. Kamu sangat nakal, Jip, katanya. Baju sulaman itu hasil sulaman dari nenek. Itu suatu hasil karya yang sempurna. Tapi sekarang lihat apa jadinya!
Jip berdiri dengan wajah yang sedih, dengan setengah baju sulaman.
Aku tidak akan pernah melakukan itu lagi .... dia menangis.
Jangan, itu masih bisa diperbaiki, kata ibu.

Menangkap ulat
Lihat, seru Jip, seekor binatang aneh di pagar tanaman. Itu seekor ulat, kata Janneke. Oh, seekor ulat, kata Jip. Lihat, dia punya bulu yang lebat dan dia pasti mau merangkak di atas jari-jariku dan dia juga memiliki ratusan kaki. 
Mereka pergi menuju ibu. Ibu sedang mencuci. Tangan-tangannya penuh dengan busa sabun.
>
Seekor ulat, teriak Jip. Ulat, kata ibu. Hati-hati, jangan biarkan dia terjatuh kedalam air sabun. Apakah dia boleh tinggal di sini? tanya Jip.  Aku tidak keberatan, kata ibu, tapi ulat-ulat dianggap tidak menyenangkan. Ulat-ulat itu lebih baik diletakkan di luar saja. Bawalah mereka ke pagar tanaman.
Kepada isterinya, kata Jip, dan kepada anak-anaknya.
Ulat-ulat itu masih belum punya isteri dan anak-anak, kata ibu. Bagi ulat, yang paling penting adalah makan sebanyak-banyaknya. Setelah itu dia pergi duduk di suatu pojok dan jatuh tertidur. Ketika dia bangun, dia telah menjadi seekor kupu-kupu. Benarkah?
Ya, benar, kata ibu. Jip dan Janneke membawa ulat balik ke pagar tanaman. Ulat menyantap makanan dengan cepat dan hari berikutnya mereka melihat apakah ulat itu sedang tidur, tapi ulat sudah hilang. Sayang sekali.  Jip dan Janneke sekarang melihat seekor kupu-kupu. Mereka bertanya: itukah ulat yang kemarin? Itu bentuk terbaiknya, kata ibu. Siapa tahu!

Melun
Janneke datang.  Dia membawa serta sebuah barang yang bulat dan besar. 
Apakah itu? Kata Jip. Sebuah melun, kata Janneke. Untuk kamu. Aku tidak doyan melun, kata Jip. Bawalah kembali benda itu. Tetapi ibu berkata: Jip, itu tidak baik. Jika kau menerima sebuah melun, kau harus berkata: o, betapa harumnya, terima kasih banyak.
Tetapi menurutku benda itu tidak lezat, kata Jip. Bukankah kau belum pernah memakannya, kata ibu. Kau tidak tahu apa-apa.  
Dan ibu membelah buah melun. Jip dan Janneke masing-masing mendapat satu bagian. Di atasnya banyak kadar gula. Dengan sebuah sendok kecil. Jip mencicipi rasa buahnya. Aku rasa ini enak, kata dia. Aku pun merasa buah ini enak, kata Janneke. 
Kau lihatlah baik-baik, kata ibu. Apakah kau punya bagian atas? Selanjutnya  kami membuat kapal-kapalan dari kulit melun. Lihat, ada sebuah tiang dan layar. Selanjutnya biji buah kami masukkan ke dalamnya. Itu adalah biji jantan.
Itu kapal-kapal mungil yang cantik. Tetapi tidak bisa berlayar di dalam air mandi karena akan tenggelam. Jika aku menanam satu biji buah, apakah akan tumbuh satu pohon? Tanya Jip. 
Cobalah, kata ibu. Jip menanam satu biji. Selanjutnya tiap hari dia melihat apakah sudah menjadi satu pohon? 
Kalian pikir apa? Apakah akan tumbuh sebuah pohon melun di kebun Jip?  

Comments

Popular Posts