Anneke dan peri musim semi

 Anneke dan peri musim semi

Anneke duduk di atas kuda-kudaan kayunya dan berayun ke sana kemari. Ibunya sedang menghapus debu. Dia membeli jendela guna memukul debu itu dengan kain debunya.
“Ach, ach,” keluh Ibu. “Peri musim semi tentu menyembunyikan diri karena udara tetap dingin dan cuaca berangin.”
Anneke berkata:

“Coba kalau kuda-kudaan kayuku adalah kuda sihir yang bisa terbang. Aku akan mencari peri musim semi itu.”
Dan pada saat itu, sekonyong-konyong dia mendapat kuda kayu bersayap perak dan terbang keluar jendela. Anneke mula-mula terkejut sedikit, tapi itu sangat menyenangkan.
“Kau seekor kuda ajaib?” tanyanya pada kuda kayu.
“Ya,” tawa kuda-kudaan kayu itu. “Tidak tahukah kau?”
Anneke menggelengkan kepalanya.
“Tidak,” katanya. “Kau pasti tahu dimana peri musim dingin tinggal?”
“Sekitar mata air,” kata kuda kayu. “Aku akan membawamu kesana.”
Mereka terbang makin jauh. Di atas bendungan-bendungan, di atas pertanian yang gundul dan kosong, dan di atas padang-padang rumput dimana masih belum ada satu pun bunga mei berbunga. Sesudah beberapa lama mereka sampai di sebuah hutan gundul. Di hutan itu ada mata air.
“Di sinilah tinggal peri musim semi,” kata kuda kayu. “Yang berpintu hijau itu adalah rumahnya.”
Anneke melihat kepada pintu hijau. Tiba-tiba dia mendengar sebuah suara dan melihat di sana berdiri berbagai binatang mengelilinginya.
“Hutan masih begitu gundul,” kata singa.
“Cuaca sangat tidak menyenangkan dan gelap,” kata gajah.
“Matahari menghilang,” kata harimau.
“Semuanya berlangsung lancar sebab peri musim semi sedang selesma,” kata monyet. “Pergi lihat kau melihatnya.”
Mereka membuka sedikit pintu hijau itu. “Dan lihat, peri musim semi sedang berada di tempat tidurnya. Dia batuk dan bersin keras sehingga air matanya meleleh. Dia membuang ingus berkali-kali dari hidungnya.
“Kau sangat sakit?” tanya Anneke lembut.
“Sekarang agak lebih baik,” kata peri musim semi. “Hatsyiiee! Hatsyiiee!!”
“Cuaca dingin dan berangin semacam itu. Semua orang dan binatang akan terkena pilek,” kata Anneke. “Tidak akan ada yang berbunga dan pohon-pohon juga gundul.”
“Aku minta tolong!” seru peri musim semi terperanjat. “Aku lupa belum membuka musim semi. Hal itu terjadi karena aku merasa sangat sakit. Tetapi sekarang sudah terjadi!”
Dia melompat keluar dari tempat tidurnya, mengenakan sebuah kain cadar panjang dan berjalan keluar. Di sana dia membuka musim semi dengan sebuah kunci emas...

Awan gelap lenyap dan matahari muncul. Mereka membuat semuanya panas dengan sinar mereka. Bunga awal telah berbunga. Pohon-pohon dan rumput menjadi hijau. Dengan rasa puas, kuda kayu terbang kembali pulang lagi. Musim dingin sirna dan musim semi datang.

Comments

Popular Posts