Dua burung nuri

Dua burung nuri

Dalam toko burung milik tuan Hollebol bertengger sepuluh ekor burung nuri di dalam sebuah sangkar yang besar. Pada suatu hari ada delapan nuri sudah laku dibeli oleh kebun binatang. Jadi dalam sangkar itu masih tersisa 2 ekor nuri. Salah satunya pembual. Dia selalu menganggap suaranya paling nyaring sehingga dia berteriak keras sepanjang hari.
Suatu hari kedua ekor nuri mendengar bahwa permaisuri raja akan datang untuk membeli seekor burung nuri.
“Dia sudah tentu membeli aku,” kata pembual itu.”Aku paling cantik. Kau harus melihat bulu-buluku yang berkilauan!. Dan kau harus melihat pula aneka warna buluku. Sedangkan kau sama sekali tidak cantik.”
Nuri yang satu lagi diam melihat si pembual, namun dia tidak berkata apapun.

“Hei, apa kau tidak dengar?” sungut pembual lagi. “Akan datang seorang gadis cerdik untuk membeli seekor nuri. Dia sudah tentu akan membeli kamu. Kau sangat sesuai dengan gadis cerdik itu, menurutku. Dan kau tahu bahwa kau hanya punya dua warna? Biru dan ungu. Gila ya! Nuri semacam itu aku belum pernah melihatnya. Tambahan pula kau hampir tidak pernah bicara. Kau harus melihat warna-warnaku: ungu, merah, kuning, biru, coklat, hitam, putih ........ “
Tiba-tiba si pembual diam karena sang permaisuri datang memasuki toko burung itu. Tuan Hollebol membungkuk badannya dan dengan hormat berujar:
“Anda datang untuk burung nuri, Permaisuri?”
Permaisuri mengangguk dan bersama tuan Hollebol berjalan menuju kandang dengan dua ekor burung nuri didalamnya. Pembual segera mulai mengeluarkan suara nyaring dan mengucapkan semua kata-kata secara berturut-turut. Dia berbicara sangat keras sehingga sang permaisuri menutup telinganya dengan tangannya.
“Bah,” kata dia.”Betapa berisiknya burung nuri ini. Dan dia juga agak jelek. Dia belang .... dia punya terlalu banyak warna. Dia sangat biasa seperti semua nuri lain. Aku anggap yang berbulu biru dan ungu itu sangat jauh lebih menarik.”
“Dia sudah aku persiapkan untuk Anda, Permaisuri,” kata tuan Hollebol. “Dia adalah nuri paling cantik yang pernah ada di dalam tokoku. Sedangkan yang satu lagi, burung nuri jelek, aku akan menjualnya kepada tukang sulap. Dia pasti akan cocok dengannya.”

Dan pergilah burung nuri pendiam itu bersama permaisuri ke istana. Di sana dia memperoleh penghidupan yang menyenangkan. Dan pembual itu beberapa jam kemudian diambil oleh wanita penyihir. Dia membawa burung pembual itu kepada neneknya dalam hutan yang gelap. Di sana dia hanya bisa berbicara dan berteriak nyaring sebanyak dia mau. Wanita ahli sihir itu seorang yang tuli. Pembual merasa tidak menyenangkan sedikit pun dan sangat menderita. Tetapi tidak ada sesuatu pun yang bisa dilakukan.     

Comments

Popular Posts