Menangkap Ulat

Menangkap ulat

Lihat, seru Jip, seekor binatang aneh di pagar tanaman. Itu seekor ulat, kata Janneke. Oh, seekor ulat, kata Jip. Lihat, dia punya bulu yang lebat dan dia pasti mau merangkak di atas jari-jariku dan dia juga memiliki ratusan kaki.
Mereka pergi menuju ibu. Ibu sedang mencuci. Tangan-tangannya penuh dengan busa sabun.
Seekor ulat, teriak Jip. Ulat, kata ibu. Hati-hati, jangan biarkan dia terjatuh kedalam air sabun. Apakah dia boleh tinggal di sini? tanya Jip.  Aku tidak keberatan, kata ibu, tapi ulat-ulat dianggap tidak menyenangkan. Ulat-ulat itu lebih baik diletakkan di luar saja. Bawalah mereka ke pagar tanaman.


Kepada isterinya, kata Jip, dan kepada anak-anaknya.
Ulat-ulat itu masih belum punya isteri dan anak-anak, kata ibu. Bagi ulat, yang paling penting adalah makan sebanyak-banyaknya. Setelah itu dia pergi duduk di suatu pojok dan jatuh tertidur. Ketika dia bangun, dia telah menjadi seekor kupu-kupu. Benarkah?

Ya, benar, kata ibu. Jip dan Janneke membawa ulat balik ke pagar tanaman. Ulat menyantap makanan dengan cepat dan hari berikutnya mereka melihat apakah ulat itu sedang tidur, tapi ulat sudah hilang. Sayang sekali.  Jip dan Janneke sekarang melihat seekor kupu-kupu. Mereka bertanya: itukah ulat yang kemarin? Itu bentuk terbaiknya, kata ibu. Siapa tahu!

Comments

Popular Posts