Musim semi dalam hutan jin berpeci kerucut
Musim semi dalam hutan jin
berpeci kerucut
Masih ada terjadi cuaca jelek dalam hutan jin berpeci kerucut.
Tetesan hujan besar berjatuhan ke bawah.
“Tik, tik, tik, tik,” terdengar di atas dedaunan dari pohon-pohon.
Udara juga dingin.
Jin berpeci Junnie berjalan dengan sebuah jas musim dingin yang
tebal pada jalan hutan. Dia menggigil kedinginan dan jenggot putihnya basah
kuyup.
“Fui, fui,” dia bersungut. “Alangkah dinginnya udara. Dimana musim
seminya? Mengapa pula matahari tidak bersinar?”
“Siapa yang aku dengar bersungut semacam itu?” terdengar suara dari
peri musim semi yang baru saja datang ke dalam hutan.
“Dan mengapa bersungut seperti itu?” tanya peri musim semi dan dia
pergi ke dekat dimuka Junnie berdiri.
“Sebab hari demikian dingin dan karena musim semi tetap berlangsung
begitu lama. Dan matahari tidak terbit? Semua bunga sudah berada di sana,
tetapi mereka tidak berani membuka daun-daun mereka sebab hari terlalu
dingin...”
Peri musim semi mulai tertawa.
“Kau harusnya tidak begitu, tidak sabaran, jin berpeci kerucut,
Junnie,” katanya dengan suara lembut. “Sekarang baru saja musim semi yang akan
kau lihat.”
Peri mengayunkan dengan tongkat sihirnya kesana kemari. Dan
tiba-tiba hujan berhenti. Matahari mulai bersinar dengan riangnya. Udara
menjadi hangat dan enak dalam hutan. Semua bunga-bunga membuka kelopak daunnya.
Bunga kuda, bunga bulan Mei, bunga mentega, dan juga bunga Pantekosta.
Telah terjadi satu kali pesta musim semi dalam hutan.
Junnie membuka cepat jas musim dinginnya yang tebal dan mulai
bernyani sebab sekarang sudah musim semi.
Comments