Negeri Dongeng

Negeri dongeng

Pada suatu ketika Marjolein sedang berjalan-jalan. Di tengah jalan dia bertemu seekor domba putih.
“Boleh aku ikut berjalan bersamamu?” tanya si Domba.
“Tentu saja boleh,” kata Marjolein.

Sesudah itu mereka berdua meneruskan perjalanan.
“Kemana sebenarnya tujuanmu? Tanya Domba.
“Aku akan pergi ke negeri dongeng,” kata Marjolein.
“Apakah di sana itu suatu negeri yang indah?” tanya Domba.
“Kadang-kadang,” kata Marjolein. “Di sana ada pohon, dimana tumbuh kado-kado.”  Mendengar itu domba menjadi tertarik. Pohon semacam itulah yang sangat ingin dilihatnya. Mereka terus terus melangkah dan suatu ketika mereka sampai di negeri dongeng. Dengan segera mereka melihat letak pohon kado tersebut. Di sana tergantung pelbagai bungkusan-bungkusan yang menarik. Pada tiap bungkus terdapat sepotong kertas cantik dan pita dengan sebuah gulungan besar.
Dekat pohon itu berdiri seorang penyihir perempuan. Dia mengatakan bahwa domba itu boleh memilih dulu sebab dia yang paling kecil. Domba itu melakukan dengan cepat. Pada waktu dia menurunkan kertas kecil dari kadonya, keluarlah seutas tali tipis berwarna biru, dengan sebuah lonceng yang berkilauan.
“O, alangkah cantiknya!” seru Marjolein dan dia memasang tali tipis itu mengelilingi leher domba itu.
“Apakah itu sangat cocok?” tanya Domba.
“Itu sangat cantik,” kata Marjolein.
Seketika itu pula dia pun mengambil sebuah kado dari pohon yang sama. Dan apa yang dilihatnya pada saat kertas itu dilepas?. Sebuah jam berwarna putih, persis lonceng keemasan yang telah diterima oleh domba.   
“Lonceng itu berdentang jika sudah tiba waktu tidur, “ kata penyihir perempuan.
“Itu menyenangkan,” kata Marjolein.”Dengan demikian aku selalu tahu, bila aku harus ke tempat tidur.”
“Apakah loncengku akan berbunyi juga, jika aku mau tidur?” tanya domba.
“Sudah tentu,” kata penyihir perempuan.” Itu lonceng-lonceng pukul tujuh.”

Marjolein dan Domba pulang lagi dan di sana mereka menunggu lonceng itu berbunyi.    

Comments

Popular Posts