Permaisuri yang istimewa

Permaisuri yang istimewa

Di antara padang rumput hijau berdirilah sebuah istana. Di dalam istana itu hidup seorang raja muda. Dia mencari seorang permaisuri. Bukan seorang permaisuri sembarangan. Sama sekali bukan. Dia harus memiliki sesuatu yang istimewa. Namun bagaimana pun juga Raja mencari, dia tidak bisa menemukan permaisuri yang didambakan.

Pada suatu hari yang cerah, dia berjalan-jalan melalui padang rumput yang hijau. Dan di sana dia melihat tujuh ekor kambing sedang melompat-lompat. Nyonya Bollebotje sebagai pemilik kambing-kambing itu sangat terkejut ketika melihat Raja datang.
“Oh, tolong!” teriaknya. “Sekarang semua kambingku sudah pasti tidak boleh lagi makan rumput itu karena aku lihat padang rumput itu milik Raja.”
Tetapi Raja yang besar dan berambut pirang itu menjawab dengan ramah: “Boleh-boleh saja, Ibu. Cukup banyak tumbuh rumput di sini. Apakah mereka sangat suka dengan rumput itu?”
Nyonya itu mengangguk dan berkata dengan nada hormat.
“Untunglah...”
“Bagaimana?” Raja ingin tahu.
“Sebenarnya,” keluh perempuan kecil itu, “kambing-kambing itu adalah putri-putriku.”
“Apa!?” seru Raja sambil tertawa terbahak. “Aku melihat jelas bahwa mereka hanyalah kambing-kambing.”
“Dengar,” ucap perempuan kecil. “Aku sangat miskin. Dan karena itu seorang tukang sihir sudah menolongku, kau lihat. Dia mengganti gadis-gadisku menjadi kambing-kambing karena aku dengan mudah dapat memberi makan mereka. Kalau rumput kau tak usah membeli. Dia tumbuh dimana-mana dan gratis.”
“Ya, ya,” Raja tertawa dan dia masih tidak percaya bahwa kambing-kambing itu adalah gadis-gadis asli.
“Aku sangat ingin menikahi salah seorang dari putri-putrimu,” kata Raja.
Dan dia berpikir:
“Aku memerlukan permaisuri yang sangat istimewa! Aku tidak mau permaisuriku seekor kambing sebab orang tidak akan menemukan permaisuri seperti itu di tempat lain.”
Nyonya Bollebotje mengeluarkan air mata dan bertepuk tangan karena gembira.
“Itu sangat menyenangkan!” dia bersorak-sorai. “Aku sudah mendapat sesuatu dari tukang sihir. Sehingga aku bisa menyihir kambing-kambing itu lagi menjadi gadis-gadis. Itu sangat mudah, Anda lihat.”
Dia memungut sebuah cincin merah darah dari jari tengahnya dan memanggil tujuh anak gadisnya. Tiba-tiba kambing-kambing itu lenyap dan muncullah gadis-gadis di muka tempat itu. Mereka sangat cantik sehingga semua burung-burung secara serentak menyanyi. Raja berbicara:
“Aku belum pernah melihat gadis-gadis mana semacam itu sebelumnya. Aku ingin salah seorang dari mereka menjadi istriku.”
Nyonya Bollebotje tertawa puas. Raja memilih seorang gadis berambut hitam.
“Itu adalah Pieternella!” kata perempuan kecil itu dan segera memungut cincin merah lagi pada jarinya dan sekarang memanggil enam nama gadis, sebagai ganti dari tujuh nama.
Dengan demikian Pieternella sekarang telah menjadi permaisuri. Dia tidak perlu menjadi seekor  kambing lagi.
Nyonya Bollebotje berangkat bersama enam kambingnya sedangkan Pieternella mengikuti Raja ke istana. Mereka segera menikah dan saat itu pula pesta pernikahan besar digelar. Raja merasa sangat bahagia bersama permaisuri barunya. Namun begitu, Permaisuri baru itu sampai saat ini belum mengucapkan suatu kata pun. Raja pikir, itu sayang disayangkan sekali.
“Tetapi ya,” pikirnya. “dia masih harus membiasakan diri dalam lingkungan istana, tentu saja.”
Ada ribuan lilin sudah dinyalakan dalam bangsal mahkota. Dan sementara itu tamu-tamu kehormatan sudah berdatangan. Semua orang memandang kepada Permaisuri dan berbisik-bisik:
“Betapa cantiknya dia, betapa putihnya, tetapi dia sangat pendiam.”
Sekonyong-konyong terdengar sebuah suara mengembik yang keras melewati bangsal. Raja terkejut mendengar suara itu sehingga dia terjatuh dari singgasananya. Pada saat Raja duduk di lantai, dia melihat dan mendengar bahwa Permaisuri Pieternella yang menghembus seperti itu. Permaisuri bercakap-cakap dengan Raja beserta tamu-tamunya untuk pertama sekali. Dengan perasaan bingung Raja meminta Permaisuri menghadap. Itu tidak diharapkan Raja. Bayangkan: seorang permaisuri, yang hanya bisa melengus dan mengembik.
Tetapi ya, itu memang istimewa... Kau tidak akan menemukan hal semacam itu dimana pun.
Oleh karena itu Raja berpura-pura gembira luar biasa dan berbicara pada tamu-tamu.
“Istriku berasal dari negeri yang jauh dan asing. Bahasa yang dia ucapkan hanya aku yang bisa memahaminya.”
Tamu-tamu tetap bertanya-tanya. Tidak seorang pun pernah mendengar bahasa seperti itu.
Permaisuri tetap saja mengembik dan pada waktu itu Raja tiba-tiba paham bahwa dia yang dilayani oleh para dayang dengan berputar, tidak berselera. Dia hanya mengambil sedikit sekali makanan. Dia tentu saja tertarik dengan rumput! Dia duduk di depan Raja. Pada waktu para tamu sudah pergi, dia memintanya untuk menemani ke salah satu padang rumput untuk makan sedikit rumput. Raja melakukan juga permintaan Permaisuri ini.

Nah, begitulah Raja muda yang mendapat Permaisuri yang sangat istimewa. Begitu pun, Raja tetap cinta kepada si Permaisuri, si Embik.

Comments

Popular Posts