Raja sakit
Raja sakit
Raja Singa dari kerajaan binatang sangat tidak menyukai matahari.
Dia menyukai dingin, hari-hari berkabut. Dari angin timur laut yang dingin.
Ketika matahari bersinar dia membiarkan semua gorden dalam purinya
bergerak menutup. Tidak muncul sinar dalam kamar-kamar. Baru pada waktu
matahari menghilang, gorden boleh dibuka.
Pada suatu hari Raja masuk angin. Dia bersin berulang-ulang dan berulang-ulang lagi. Di atas tempat tidurnya terletak tujuh selimut wol dan namun Raja masih kedinginan.
Permaisuri datang sambil membawa air jeruk hangat ke tempat ridurnya
dan memberinya pula sebuah kendi dengan air hangat. Tetapi semua itu tidak
membantu. Dia tetap bersin saja dan sebagai tambahan atas semua kecelakaan itu
dia mulai pula batuk-batuk. Dokter Beruang sudah dipanggil. Dia berkata:
“Anda demam, Tuanku! Tujuh hari telah di bawah selimut.”
Dokter Beruang menulis resep obat. Obat tidur dan obat batuk. Tujuh
hari kemudian Raja boleh keluar tempat tidurnya.
“Pergilah duduk dalam sinar matahari,” ucap Dokter.
“Aku tidak suka pada matahari,” deru Raja.
Dokter Beruang menggelengkan kepalanya.
“Itu tolol, Raja!” katanya lagi. “Karena matahari menjadikanmu lebih
cepat sehat.”
Tetapi Raja tidak mau matahari dalam istananya. Gorden-gorden gelap
tertutup sampai malam tiba. Raja tidak mengacuhkannya. Dia tetap merasa
dirinnya lemas dan bosan. Sesudah satu minggu sakit, Raja merasa bosan luar
biasa. Binatang-binatang melihat Raja mereka dengan rasa kaget. Hari ini belum
mereka lihat sebelumnya. Sementara itu Raja membiarkan rambutnya disinari
dengan cahaya matahari hangat.
Dan tiap-tiap langkah dia merasa tubuhnya semakin membaik. Pada
akhir dari perjalanan dia berseru gembira:
“Aku sehat lagi! Aku merasa lebih sehat lagi. Dan itu berkat
matahari.”
Sejak saat itu Raja Singa semakin lama semakin menyukai matahari.
Dan dalam purinya tidak pernah lagi ditutup gorden siang hari.
Comments
Post a Comment