Sekantong penuh butiran emas
Sekantong penuh butiran emas
Pada jalan hutan yang sangat sunyi, serigala sedang berjalan.
“Kemana kau?”, tanya sebuah suara tiba-tiba di sampingnya.
Serigala
menoleh ke samping dan melihat seekor kelinci kecil. Dia berdiri di antara dua
kantong besar yang penuh di sebelahnya.
“Aku sebenarnya tidak mau begitu,” kata kelinci kecil dengan nada
manis.
“Aku butuh bantuanmu: jika kau suatu saat pergi pula ke kolam,
maukah kau membawa salah satu dari kantong-kantong itu untukku?”.
“Hmmm, hmmm,” gerutu Serigala.”Apa yang ada dalam kantong-kantong
itu?”
“Di dalamnya, satu kantong berisi pasir dan satu kantong lagi berisi
butiran emas.”
“Butir-butir emas?” seru Serigala kaget.”Bagaimana kau dapatkan
itu?”
“Itu tidak perlu kau tahu”, tawa Kelinci. “Aku harus membawa
kantong-kantong itu ke rumahku, tetapi dua kantong sekaligus bagiku terlalu
berat.”
“Apa yang akan aku dapatkan darimu, jika aku membawa satu kantong?”
tanya Serigala.
“Segenggam butir emas,” kata si Kelinci.
“Baiklah,” kata Serigala. “Di kantong mana yang berisi butiran
emas?”. Kelinci menunjuk kantong itu. Serigala meletakkan kantong itu ke atas
punggungnya dan bekerja keras membawa kantong untuk kelinci ke rumah dinasnya.
Setelah sampai, Serigala segera meminta upahnya berupa emas.
“Tunggu sebentar,” kata Kelinci. “Mungkin kau masih mau membantuku
untuk melempar pasir di atas lantai dalam gangku. Itu akan lebih mudah bila
dilakukan berdua daripada sendiri, kau tahu.”
Serigala sebenarnya punya alasan untuk menolak, tapi dia memikirkan
segenggam butir emas yang akan diterimanya. Oleh karena itu terpaksa dia
membantu lagi. Ketika pasir sudah ditaburkan dengan rapi dan gangpun sudah
ditata menarik, kelinci berkata:
“Sekarang kau bantu aku lagi untuk menebarkan butiran emas ke lantai
kamarku.”
“Apa!!!” teriak Serigala terkejut. “Kau melempar butir emas ke atas
lantai?” dan apakah kau tidak salah?”
“Tidak” kata Kelinci. “Apakah kau sudah gila?” Serigala segera
berpikir.
“Tidak’” kata dia.”Jika kau seorang yang sangat kaya, itu tidak
gila.”
“Aku tidak kaya,” kata Kelinci. “Aku miskin.”
“Dan kantong yang penuh dengan butiran emas itu?”
“Yang itu,” tawa Kelinci. Dan dia menarik kantong yang berisi
butiran emas memenuhi kamar. Serigala cepat membantu dan minta:
“Sekarang aku menerima dua genggam butiran emas, bukan? Aku sudah
membantumu begitu banyak.”
“Untuk bagianku tiga genggam penuh,” Kelinci tertawa.
Dia membuka kantong dan membiarkan butiran pasir kuning emas
berserakan di atas lantai. Dengan mata terbelalak Serigala melihat itu dan
berteriak dengan nada marah: “Itu sama sekali bukan emas. Itu pasir!”
“Tentu saja itu pasir,” seru Kelinci.”Apa yang kau pikirkan?” “Kau
lihat dengan jelas bahwa pasir itu berwarna keemasan?. Oleh karena itu aku
menyebutnya butir emas. Ambillah tiga
genggam.”
“Kau seekor kelinci yang cerdik,” geram Serigala. “Kau telah mintaku
membawa kantong itu.” Aku pikir memang ada emas asli di dalamnya.
“Aku telah mengatakan: butir-butir emas” tawa Kelinci. “Dan aku
tidak menipumu. Pasir ini aku sebut butiran emas. Dan aku tidak berbicara
mengenai emas asli.”
“Kau benar,” geram Serigala. “Tunggulah. Aku akan menipumu pada
suatu waktu, dengar!”.
Dengan segera Serigala meninggalkan rumah itu. Kelinci cerdik
memandangnya sambil tersenyum.
Comments