Tersesat

Tersesat

Dengar, kata Jip. Burung kukuk[1].
Jip dan Janneke secara bersama-sama berada dalam kebun. Mereka berdua mendengar dengan sangat jelas suara: kukuk ..... kukuk ......kukuk ....…
Burung itu bertengger di atas pohon sana, kata Janneke. Dengan mengendap-endap mereka pergi ke arah pohon apel. Rrrt ... burung itu terbang dari situ.
Sayang sekali dia terbang lagi, kata Jip. Maukah kau ikut mencari?


Sesudah itu Jip dan Janneke pergi keluar sebuah pagar. Mereka menyeberang sebuah jembatan kecil. Lalu mereka masuk kawasan padang rumput. Tetapi setelah mereka mencapai pohon linde yang besar, burung kukuk itu menjauh lagi. Semakin jauh.
Mereka terus memburu. Sekarang mereka sampai di antara rumah-rumah. Menurut mereka, di sana kukuk tidak akan lolos lagi. Namun bukankah di sana hutan kecil? Tidak, mereka lolos lagi.
Pada akhirnya Janneke berkata. Aku tidak tahu lagi dimana kita sekarang. Jip dan Janneke memandang sekeliling mereka. Mereka belum pernah datang ke tempat ini. Mereka tiba-tiba saja melupakan kukuk. Bagaimana kita harus pulang sekarang? Tanya Janneke. Aku tidak tahu lagi, kata Jip. Apakah lewat dari sebelah sini? Bukan, dari sebelah sana, kata Janneke. 2 orang anak kecil itu sekarang berdiri di sana. Mereka telah tersesat. Itu sebuah jalan kecil, kata Jip. Mari kita berdiri di sana. Mereka berdiri di pinggir jalan. Namun jalan itu sangat sepi. Tidak seorang pun yang lewat.

Seekor kuda! Seekor kuda dan gerobak. Benar, pengangkut barang mendekat. Mereka mengenal penunggang kuda, dia Jan. Hee, kata Jan. Apa yang kalian lakukan di sini? Kami tidak tahu lagi jalannya, kata Janneke.
Ikutlah bersamaku, kata Jan. Dia mengangkat mereka ke atas bok[2].   Di sana kami duduk. Ittu menyenangkan. Gerobak berjalan perlahan karena Jan masih harus berkeliling membawa bungkusan-bungkusan kemana-mana. Aku bawa kalian pulang, katanya. Lalu dia menurunkan mereka di muka rumah.
Itu mereka! Teriak ibu Janneke. Kemana saja kalian? O, o, kami sangat takut!
Kami mengejar kukuk, kata Jip. Ya, kata Janneke. Tetapi tidak ketemu dimana pun. Setelah itu kami tersesat. Ibu marah kepada keduanya. Marah besar. Tetapi Jan berkata: tenanglah, bukankah kami sudah berada di tempat!
Sesudah itu Jan menerima secangkir kopi. Jip dan Janneke masing-masing mendapat segelas besar susu.      




[1] Kukuk – nama burung yang rela telornya dierami oleh burung lain.
[2] Bok – pelbagai perkakas untuk meletakkan sesuatu di atasnya atau untuk duduk. 

Comments

Popular Posts